Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net

Laman

Rabu, 19 September 2012

Cepen Cinta : Cinta tanpa ujung



freeland news:




Aku Ari Indi yang bisa dipanggil Ari atau Indi. Sore itu aku sedang berjalan-jalan bersama adik sepupuku hari ini. Kupikir hari ini hari yang cukup cerah. Umurnya mungkin baru 4 tahun lebih sedikit. Tapi tingkahnya terkadang seperti orang dewasa saja.



Yah… hari minggu pagi seperti ini memang menyenangkan. Tak ada beban pikiran untuk berangkat pagi ke kuliah. Apalagi pagi-pagi seperti ini jalanan tidak terlalu ramai. Kendaraan yang berlalu lalang sedikit.

“Kak indi!”,terdengar suara kecil adikku memanggilku.

“Ya? Ada apa sayangku?”, tanyaku sambil berjongkok mensejajarkan diri dengan adikku yang lucu ini.

“Itu tempat apa kak?”, tanyanya dengan nada lucu sambil menunjuk ke sebuah bangunan. Matakupun mengikuti arah yang ditunjuknya.

Ternyata Upi’, nama adik sepupuku ini, menunjuk ke sebuah sekolah kanak-kanak yang memang cukup jauh dari tempat tinggalku. Sehingga aku jarang main ke tempat ini.

“Itu sekolah TK, pi’. Tahun depan Upi’ sekolah disini mau?”, tanyaku pada gadis kecil berambut keriting ini.

Tapi tunggu dulu. Hari minggu seperti ini kenapa anak-anak TK masuk ya?

“Kak, masuk kesana yuuukkk!”, adikku mulai merengek . Jika sedang merengek seperti ini tak ada yang bisa menolaknya.

Tapi lumayan. Kebetulan aku ingin tahu sedang ada acara apa disana. Jadi adikku ini bisa dijadikan alasan jika ditanya salah satu orang yang ada disana. Aku mengambil tempat duduk di beranda rumah yang ada di sekitar Taman Kanak-kanak itu. Bukan hanya aku yang duduk disini. Ada juga seorang lelaki yang cukup tampan mengajak seorang anak laki-laki seumuran Upi’.

Ternyata sedang ada semacam pentas yang menampilkan kemampuan anak TK disini. Lucu sekali. Aku jadi teringat saat itu,dan memoryku kembali 11 tahun lalu. Masa kecilku, lebih tepatnya masa Taman Kanak-kanakku yang kuhabiskan bersamanya. Dulu aku tidak tinggal disini. Dulu aku tinggal di Semarang. Dan ketika aku Sekolah Dasar kelas 2 ayahku dipindah tugaskan ke Magelang.

Tapi kenangan masa-masa ketika aku di Semarang tetaplah melekat dalam hatiku. Apalagi masa-masa TK saat itu. Bersama cinta masa kecilku. Entah bisa dibilang cinta masa kecil atau apalah. Yang penting bukan cinta monyet. Karena aku dan dia bukan monyet. hhehhee... J

Eh? Kulihat ada 2 orang anak sedang menyanyi di depan. Yang satu laki-laki,satunya perempuan. Lucu sekali melihat mereka berdua. Mengingatkanku ketika aku masih seumuran mereka dulu. Bersamanya. Benar-benar masa kecil yang indah untuk diingat dan tak akan pernah kulupakan.
Namanya Adi Yudha. Aku mengenalnya karena kami satu sekolah saat masih Taman Kanak-kanak dulu. Sejak perkenalan itu entah mengapa kami merasa cocok. Aku dan Yudha anak dari keluarga tentara. Dan kami tinggal di sebuah kompleks asrama Srondol. Entah kebetulan atau apa rumah kami berdekatan,barhadapan bahkan.

Banyak hal kami lalui bersama. Dari memanjat pohon, bahkan ketika jatuh dari pohon Yudha yang menolongku. Main PS bareng. Makan bareng,terutama makan kerang .Banyak hal kami lakukan bersama. Pernah Juga sepeda kesayanganku dibocorin banyak sama temenku. Dan Yudha juga yang membantuku. Aku menumpuk banyak alasan agar dia mau mengantarku berangkat maupun pulang sekolah.

“kaakkkkkkk!”, aku mendengar seorang anak kecil berteriak padaku. Mengagetkanku saja.

“Ada apa sih?”, tanyaku menekan kemarahanku.Upi’ membangunkanku dari kenangan indahku. Tambah lagi laki-laki seumuran denganku yang sejak tadi duduk disebelahku malah menertawaiku. Sementara yang ditanya hanya diam saja dan duduk disampingku.

“Ada yang lucu mas?”, tanyaku ketus. Tak peduli kalau Upi’ ada disebelahku.

“Hmhmhmhm…. Tidak!”, jawab cowok itu sambil menahan tawanya.

“Hhhh!”,aku mengalihkan pandanganku ke panggung tanpa menghilangkan raut wajah sebalku.

“Aku ulin! Kau?”, kudengar cowok itu mulai berbicara. Sepertinya tawanya sudah reda.Kemudian kuangkat kepalaku menatapnya.

Dia sedang berdiri. Menyunggingkan sedikit senyum. Mungkin itu senyum andalannya. Dan mengulurkan tangannya padaku. Apa aku harus menolak uluran tangannya atau tidak. Jika ku tolak pasti dia sakit hati.

“Aku Ari Indi”, kupilih untuk mengulurkan tanganku menyambut jabatan tangannya. Kubuang semua egoku. Dalam pikirku aku tak boleh menyakiti hati orang lain meskipun itu berarti aku yang harus tersakiti.

Aku tercengang. Yang kulihat malah Upi’ sedang senyum-senyum gak jelas sambl memandangi wajah Ulin. Oh Tuhan! Anak kecil jaman sekarang terlalu mudah dewasa. Aku merasakan handphone di saku celana jeansku bergetar. Setelah kulihat ternyata ada satu pesan diterima

sumber

Tidak ada komentar: