FREELAND news -
Honda CB 125, CB Yang Berubah Jadi Tiger
Romantisme jadul dan keingin punya motor high performance, memang jadi dambaan bro Erwin, pemilik bengkel bertajuk Wiens Motor di Bambu Apus, Jakarta Timur.
“Keseharian saya memang main motor, terutama motor-motor gede seperti Harley-Davidson, Hayabusa juga moge Jepang lain,” buka Erwin. Nah lho, kok malah custom Honda CB 125? “Iya, ini untuk daily riding bro, ringkas, ringan dan kecil,” elak bro yang juga menjual part-part dan peranti limbah moge ini.
Oakley deh! Yang jelas doi memang doyan modifikasi. CB kesayangannya ini ia ubah total. “Bore up jadi 200 cc, sama plek dengan Honda Tiger,” tambahnya lagi. Lewat kapasitas 200 cc, Erwin lantas konsen ke desain motor yang diinginkan. “Kebetulan saya suka desain sporty, makanya dipilih gaya café racer,” tambahnya lagi.
Genre café racer terbilang praktis. Tak seperti choppers yang harus potong sasis, Erwin bisa membiarkan sasis standar termasuk rake original di motornya. Langkah customized ada di peranti-peranti pendukung saja. Hebatnya, tangki harus agak panjang dan besar, sampai sedikit melebihi bodi tengah sasis atas.
“Dicari-cari, tangki KZ 200 lansiran 83’ ke atas jadi pilihan. Tangki ini punya style panjang dan menekuk di bagian belakang. Meski slim tapi ada nuansa cruiser, muat bensin banyak,” aku brother yang dibantu customizer keren Tom Psycocustom.
Setelah tangki dirasa ideal, ia terus ke belakang. Bisa ditebak, café racer menganut single seat dan buntut hornet di bagian belakang. “Di sini eye cathing ada dipaintingnya. Tom menorehkan nuansa pop art mendekati freehand kartun untuk motor ini,” katanya lagi.
Teknik gambar Tom asyik untuk diapresiasi. Kemampuan drawingnya boleh diacungi jempol, ia cukup rapi menorehkan beberapa figure di buntut dan tangki. Freehand juga gak terlalu banyak. Tapi, gabung dengan grafis agar nuansa motor sportnya nggak hilang.
Setalah itu, Wiens dan Psycocustom mulai melirik sektor detail dan kaki-kaki. Bagian depan, mereka sreg dengan sok ukuran sedang milik Scorpio untuk mendampingi sok belakang variasi merek Showa Jepang.
“Khasnya café racer, pijakan kaki nggak bisa lagi di mesin. Tapi, ala underbone ke belakang. Posisi duduk memang jadi nunduk abis. Saat kali pertama dicoba, setang terlalu nunduk. Agar sedikit lebih nyaman, posisinya dibuat agak lebih tinggi sesuai postur. Ternyata, memang nyaman,” tuturnya.. Brm..brm…..
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar